Kamis, 18 Desember 2008

Manejemen

MOTIVASI DAN KEPEMIMPINAN

Pendahuluhan

By. Ahmad Fauzan

A. Motivasi

Motivasi berasal dari kata “MOVERE” yang berarti Dorong-mendorong, motivasi biasanya diberikan kepada para bawahan atau pengikut. Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah kerja bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan ketrampilannya untuk mewujudkan tujuan.

Motivasi sangat penting, karena dengan motivasi ini diharapkan setiap individu karyawan mau bekerja keras dan antusias. Untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi.

Motivasi ini hanya dapat diberikan kepada “orang-orang yang mampu” untuk mengerjakan pekerjaan tersebut.; bagi orang-orang yang tak mampu menyelesaikan pekerjaaan tidak perlu dimotivasi karena menjadikan sia-sia belaka. Motivasi ini sangat sulit, karena pimpinan sulit untuk mengetahui kebutuhan dan keinginan yang diperlukan bawahan dari hasil pekerjaannya itu. Orang yang mau bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan baik itu disadari maupun tidak disadarinya. Kebutuhan setiap orang itu “sama”, tetapi keinginan dari setiap orang itu “tidak sama”, karena dipengaruhi selera, kebiasaan dan lingkungannya.

Dalam memotivasi ini pimpinan hanya berdasarkan perkiraan-perkiraan. Sehingga pemimpin dalam memotivasi ini harus menyadari, bahwa orang akan mau bekerja keras dengan harapan, ia akan memenuhi kebutuhan dan keinginannya dari hasil kerjanya.

Menurut Peterson dan Plowman keinginan-keinginan itu adalah:

1. The desire to live: keinginan untuk hidup merupakan keinginan utama dari setiap orang; manusia bekerja untuk dapat makan dan dapat melanjutkan hidupnya.

2. The desire for possession: keinginan untuk memiliki sesuatu.

3. The desire for power: keinginan akan kekuasaan.

4. The desire for recognation: keinginan kan pengakuan merupakan jenis terakhir dari kebutuhan dan juga orang untuk bekerja.

Dengan demikian jelas bagi kita bahwa setiap pekerja mempunyai motif tertentu yang mengharapkan kepuasan dari hasil pekerjaannya. Kebutuhan dan keinginan-keinginan yang dipuaskan dengan bekerja itu, adalah:

1. Kebutuhan fisik dan keamanan: menyangkut kepuasan kebutuhan fisik(biologis), seperti makan, minum, tempat tinggal dan lain-lainnya, disamping kebutuhan akan rasa aman dalam menikmatinnya.

2. Kebutuhan sosial: manusia tergantung satu sama lain.

3. Kebutuhan Egoistik: adanya keinginan orang untuk bebas mengerjakan sesuatu sendiri dan puas karena berhasil menyelesaikannya dengan baik.

Dengan mengetahui prilaku-prilaku manusia, apa sebabnya orang mau bekerja dan kepuasan-kepuasan apa yang dinikmatinya karena bekerja, maka seseorang pemimpin akan lebih mudah memotivasi bawahanya.

Tingkah laku seseorang dipengaruhi serta dirangsang oleh keinginan, kebutuhan,tujuan dan kepuasan, rangsangan timbul dari diri sendiri, dan dari keluar.

Rangsangan ini akan menciptakan “motif dan motivasi” yang mendorong orang bekerja untuk memperoleh kebutuhan dan kepuasan dari hasil kerjanya. Motivasi dapat diartikan “Driving Force” yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku dan berbuat tujuan tertentu.

Motifasi adalah suatu perangsang keinginan dan daya penggerak kemauan bekerja seseorang; setiap motivasi mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai.

B. Aspek, Pola-Pola dan Tujuan Motivasi.

Aspek motivasi dikenal “aspek aktif atau dinamis dan aspek pasif atau statis”.. Aspe aktif adalah motivasi tampak sebagai suatu usah positif dalam menggerakkan dan mengarahkan sumber daya manusia agar secara produktif berhasil mencapai tujuan yang diinginkan, dan aspek pasif adalah motivasi akan tampak sebagai kebutuhan dan juga sekaligus sebagai perangsang untuk dapat mengarahkan dan megerakkan potensi sumber daya manusia kearah tujuan yang diinginkan.

Keinginan dan kegairahan kerja ini dapat ditingkatkan berdasarkan pertimbangan tentang adanya dua aspek motivasi yang sifatnya statis, yaitu:

1. Aspek motivasi statis tampak sebagai keinginan dan kebutuhan pokok manusia yang menjadi dasar dan harapan yang akan diperolehnya dengan tercapainya tujuan organisasi.

2. Aspek motivasi statis adala berupa alat perangsang yang diharapkan akan dapat memenuhi apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan pokok yang diharapkannya tersebut.

DR. David Mc. Clellad mengemukakan pola motivasi sebagai berikut:

1. Achievement Motivation :suatu keinginan untuk mengatasi atau mengalahkan suatu tantangan, untuk kemajuan dan pertumbuhan.

2. Affilation Motivation : dorongan untuk melakukan hubungan-hubungan dengan orang lain.

3. Competence Motivation : dorongan untuk berprestasi baik dengan melakukan pekerjaan yang bermutu tinggi.

4. Power Motivation : dorongan untuk dapat mengendalikan suatu keadaan dan adanya mengambil jalan resiko dalam meenganjurkan rintangan-rintangan yang terjadi.

Tujuan Motivasi

1. Mendorong gairah dan semangat kerja karyawan.

2. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan.

3. meningkatkan produktivitas kerja karyawan.

4. mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan perusahaan.

5. menciptakan suasana dan hubungn kerja yang baik dan lain sebagainya.

Asas-Asas , Alat-Alat dan Jenis-Jenis Motivasi.

Asas-asas motivasi

1. Asas Mengikutsertakan : Mengajak bawahan untuk berprestasi dan memberikan kesempatan kepada mereka mengajukan pendapat, rekomendasi dalam pengambilan keputusan.

2. Asas Komunikasi : menginformasikan secara jelas tentang tujuan yang ingin dicapai, cara-cara mengerjakannya dan kendala-kendala yang dihadapi.

3. Asas Pengakuan : memberikan penghargaan, pujian dan pengakuan yang tepat serta wajar kepada bawahan atas prestasi kerja yang dicapainnya.

4. Asas Wewenang yang didelegasikan : memberikan kewenangan dan kepercayaan pada bawahan, bahwa dengan kemampuan dan kreativitasnya ia mampu mengerjakan tugas-tugas itu dengan baik.

5. Asas Adil dan Layak artinya motivasi yang diberikan harus berdasarkan atas “keadilan dan kelayakan” terhadap semua karyawan.

6. Asas Perhatian Timbal Balik artinya bawahan yang berhasil mencapai tujuan dengan baik, maka pimpinan harus bersedia memberikan alat dan jenis motivasi.

Alat-Alat Motivasi

1. Materiil Insentif : adanya pemberian uang dan barang yang mempunyai nilai pasar yang pada intinya memberikan nilai ekonomis.

2. Non Materriil Insentif : alat yang berupa benda atau benda yang tida ternilai.

3. Materiil dan Non-materill Insentif : alat yang diberikan berupa materiil (uang dan barang) dan non-material (medali dan piagam) jadi memenuhi kebutuhan ekonomis dan kepuasan dan kebanggaan rohani.

Jenis-Jenis Motivasi

1. Motivasi Positif yaitu pemimpin memotivasi bawahan dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi baik.

2. Motivasi Negatif yaitu pemimpin memotivasi bawahanya dengan memberikan hukuman kepada mereka yang kerjaanya kurang baik.

D. Metode, Model dan Proses Motivasi

1. Motivasi Langsung adalah motivasi yang diberikan secara langsung kepada setiap individu karyawan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasannya. Jadi sifatnya khusus untuk memberikan pujian, penghargaan, bonus, piagam, dan lain sebagainya

2. Motivasi Tidak Langsung yaitu motivasi yang diberikan hanya merupakan fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang kelancaran kerja, sehingga karyawan betah dan semangat melakukan pekerjaanya.

Model-Model Motivasi

1. Model Tradisional : Mengemukakan bahwa untuk memotivasi bawahan agar gairah bekerjanya meningkat dilakukan dengan sistem insentif yaitu memberikan insentif materiil kepada karyawan yang berprestasi baik.

2. Model Hubungan Manusia : mengemukakan bahwa untuk memotivasi bawahan supaya gairah bekerjanya meningkat, dilakukan dengan mengakui kebutuhan sosial mereka yang membuat mereka merasa berguna penting.

3. Model Sumber Daya Manusia : mengemukakan bahwa karyawan dimotivasi oleh banyak faktor, bukan hanya uang dan barang atau keinginan atas kepuasan saja, tetapi juga kebutuhan akan pencapaian dan pekerjaan yang berarrti.

Jadi menurut model sumber daya manusia ini untuk memotivasi bawahan dilakukan dengan memberikan tanggung jawab dan kesempatan yang luas bagi mereka untuk mengambil keputusan dalam menyelesaikan pekerjaanya. Motivasi gairah bekerja seseorang akan meningkat, jika kepada mereka diberikan keprcayaan dan kesempatan untuk membuktikan kemampuannya.

Proses Motivasi

1. Tujuan, dalam proses memotivasi perlu ditetapkan terlebih dahulu tujuan organisasi, baru bawahan dimotivasi kearah tujuan tersebut

2. Mengetahui Kepentingan : Dalam proses tersebut seorang pemimpin tidak hanya melihatnya dari sudut kepentingan pimpinan dan perusahaaan saja.

3. Komunikasi Efektif : Dalam proses motivasi harus dilakukan komunikasi yang baik dan efektif dengan bawahan.

4. Integrasi Tujuan : Adanya penyatuan tujuan perusahaaan dan tujuan kepentingan karyawan. Tujuan perusahaan adalah needs complex, yaitu memperoleh laba, perluasan perusahaan, sedangkan tujuan individu karyawan adalah pemenuhan kebutuhan dan kepuasan. Jadi tujuan organisasi/perusahaan dan tujuan karyawan harus disatukan dan untuk disatukan dan untuk ini penting adanya persesuaian motivasi.

5. Fasilitas : Pemimpin dalam memotivasi harus memberikan fasilitas kepada perusahan dan individu karyawan yang akan mendukung kelancaran pelaksanaan pekerjaan, misalnya memberikan bantuan kendaraan kepada salesman

6. Team work :pemimpin harus menciptkan team work yang koordinasi baik yang bisa mencapai tujuan perusahaan.

E. Kendala dan Faktor Pendukung Motivasi

Kendala-kendala Motivasi

1. untuk menentukan alat motivasi yang paling tepat, sulit karena keinginan setiap individu karyawan tidak sama.

2. kemampuan perusahaan terbatas dalam menyediakan fasilitas dan insentif.

3. pimpinan sulit mengetahui motivasi kerja setiap individu karyawan.

4. pimpinan sulit memberikan insentif yang adil dan layak.

Faktor Pendukung Pemberian Motivasi

Walapun setiap individu karyawan mempunyai keinginan yang berbeda-beda, tetapi ada kesamaan dalam kebutuhannya, yaitu setiap manusia ingin hidup dan untuk hidup perlu makan dan manusia normal mempunyai harga diri. Jadi setiap manusia atau karyawan mengharapkan kompensasi dari prestasi yang diberikannya serta ingin memperoleh pujian, perlakuan yang baik dari atasannya.

F. Teori-Teori Motivasi

Teori motivasi dikelompokkan atas:

1. Teori Kepuasan

Teori ini mendasarkan pendekatannya atas faktor-faktor kebutuhan dan kepuasan Individu yang menyebabkannya bertindak dan berperilaku dengan cara tertentu. Teori ini memusatkan perhatian pada faktor-faktor dalam diri orang yang menguatkan, mengarahkan, mendukung dan menghentikan prilakunya. Teori ini mencoba menjawab pertanyaan kebutuhan apa yang memuaskan dan mendorong semangat bekerja seseorang. Hal yang memotivasi semangat bekerja seseorang adalah untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan materiil atau non-materiil yang diperolehnya dari hasil pekerjaannya.

Jika kebutuhan dan kepuasanya semakin terpenuhi, ka semangat bekerjanya pun akan semakin baik pula.

Jadi pada dasarnya teori ini mengemukakan bahwa seseorang akan bertindak untuk dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasanya. Semakin tinggi standar kebutuhan dan kepuasan yang diinginkan, maka semakin giat orang itu bekerja. Misalnya mahasiswa X ingin lulus dengan nilai A. ini mendorongnya lebih giat belajar dibanding dengan mahasiswa Y yang ingin lulus hanya C saja.

Tinggi rendahnya tingkat kebutuhan dan kepuasan yang ingin dicapai seseorang mencerminkan semangat bekerja orang tersebut.

2. Teori Motivasi Proses

Toeri proses ini pada dasarnya berusaha untuk menjawab pertanyaan bagaimana “menguatkan, mengarahkan, memelihara dan menghentikan prilaku individu”, agar setiap individu kerja dengan kiat sesuai yang diinginkan oleh pimpinan. Jka diperhatikan secara mendalam teori ini merupakan proses mendalam, teori ini merupakan proses “sebab dan akibat” bagaimana seseorang bekerja serta hasil apa yang akan diperolehnya. Jika bekerja baik saat ini, maka hasilnya akan diperoleh baiknya untuk esok. Jadi hasil yang dicapai tercermin dalam bagaimana proses kegiatan yang dilakukan seseorang, hasil hari ini merupakan kegiatan kemarin.

Karena “Ego” manusia yang selalu menginginkan hasil yang baik-baik saja, maka daya penggerak dan memotivasi semangat kerja seseorang terkandung dari harapan yang akan diperolehnya pada masa depan. Inilah sebabnya teori ini disebut “ teori harapan” . jika harapan ini dapat menjadi kenyataaan maka seseorang akan cenderung meningkatkan semangat kerjanya. Tetapi sebaliknya jika harapan ini tidak tercapai akibatnya ia akan menjadi malas.

Pada intinya, mengapa motivasi haru dilakukan pimpinan terhadap bawahanya?.

1. Karena pimpinan membagi-bagikan pekerjaanya kepada para bawahan untuk dikerjakan dengan baik.

2. Karena ada bawahan yang mampu untuk mengerjakan pekerjaannya, tetapi ia malas atau kurang bergairah mengerjakannya.

3. Untuk memelihara dan meningkatkan kegairahan kerja bawahan dan menyelesaikan tugas-tugasnya.

4. Untuk memberikan penghargaan dan kepuasan kerja kepada bawahannya.

B. Kepemimpinan

Kepemimpinan berarti kemampuan manajerial untu mencapai tujuan-tujuan kelompok melalui kerjasama denagn dan melalui orang-orang. Konsep tersebut mencakup otoritas inharen dari posisi seorang supervisor.

Gaya kepemimpinan

Para pakar tentang kepemimpinan telah menyajikan klasiifikasi tiga macam gaya kepemimpinan sebagai berikut:

Ø Gaya kepemimpinan otokratis

Ø Gaya kepemimpinan partisipatif

Ø Gaya kepemimpinan bebas (Free Rein Leadership Style).

A. Kepemimpinan Otokratik. (Boss)

Para pemimpin otokrasik mengambil keputusan mereka sendiri. Mereka mensentralisa-sikan kekuasaan dan pengambilan keputusan pada mereka sendiri.

Para pemimpin otokratik dapat menjadi apa yang dinamakan “BENEVOLENT AUTOCRATS”. Mereka dapat menghadapi para bawahan mereka secara efektif.

Ada tiga macam tipe BENEVOLENT AUTOCRATS.

1. Sang pemimpin yang hanya memberikan perintah-perintah.

2. Sang pemimpin yang menggunakan pujian dan menuntut loyalitas.

3. Sang pemimpin yang menyebabkan bahwa karyawannya merasa bahwa mereka benar-benar turut berpartisipasi dalam keputusan-keputusan, sekalipun mereka melaksanakan apa yang diinginkan oleh pihak pemimpin tersebut.

B. Kepemimpinan Partisipatif

Para pemimpin partisapatif membagi sebagian dari tanggung jawab pengambilan keputusan mereka dengan anggota kelompok mereka.

Mereka melakukan konsultasi dengan kelompok yang ada tentang maslah-masalah yang menyangkut kepentingan para anggota tersebut, untu mana mereka dapat memberikan sumbangsih mereka.

C. Kemimpinan Bebas

Kepemimpinan bebas dalam dalam literatur bahasa asing dinyatakan sebagai “Free Rein Leadership”. (para pemimpin “bebas” menhindari timbulnya keuasaan dengan jalan mendelegasi kekuasaan itu kepada pihak bawahan mereka. Para pemimpin demkian tergantung pada kelompok karyawan untuk menetapkan tujuan-tujuan mereka sendiri dan memecahkan problem-problem mereka sendiri.

Kelompok yang ada cenderung menjadi kelompok tanpa pemimpin, kecuali apabila sang pemimpin berhubungan dengan orang-orang luar guna mencapai informasi.

Faktor-Faktor situasional dalam kepempinan yang menentukan situasi yang dihadapi.

1. Hubungn pemimpin Anggota.

2. Srtuktur Tugas.

3. Kekuatan Posisi Sang Pemimpin

D. Teori Kepemimpinan Jalur-Tujuan.

Upaya untuk menceritakan kepemimpinan adalah apa yang dinamakan THE PATH-GOAL THEORY OF LEADERSHIP yang muncul dari upaya menerangkan hasil-hasil dari studi di Universitas OHIO STATE.

Sesengguhnya seorang pemimpin dapat terlibat dalam salah satu di antara gaya kepemimpinan sebagai berikut:

1. Kepemimpinan yang memberikan pengarahan

2. Kepemimpinan yang bersifat membantu

3. kepemimpinan partisipatif yang intinya adanya seorang pemimpin yang melakukan konsultasi dengan bawahanya, dan saran-saran dan pendapat mereka dipertimbangkan, sewaktu ia mengambil keputusan.

4. Kepemimpinan Yang Berorentasi Pada Hasil

E. Sejumlah Teknik Kepemimpinan

Ada sejumlah teknik kepemimpinan yang dapat dimanfaatkan oleh setiap pemimpin dalam melaksanakan kegiatannya.

1. Pastikan adanya kerja sama yaitu Seorang pemimpin yang berhasil harus mengupayakan kerja sama dari pihak yang dipimpin olehnya.

2. Gunakan Otoritas yaitu sang pemimpin memiliki otoritas yang terindendifikasi denagn posisinya. Akan tetapi, otoritas tersebut akan semakin menyusut, kecuali apaila yang bersangkutan menggunakannya secara efektif.

3. Berilah biimbingan dan laksanakan komunikasi. Sebagaimana sang pemimpin harus menjalankan apa yang dinamakan kesatuan pemerintah. Apabila ia memerlukan bantuan dari waktu ke waktu, maka pihak bawahanya harus mengetahui dengan tepat jumlah otoritas yang didelegasi kepada asistennya. Pemimpin yang efektif mewakili esatuan perintah tunggal.

4. Pertahankan disiplin. Adanya kedisiplinan hanya dapat dipertahankan secara efektif, apabila standar-standar serta peraturan-peraturan telah dikomunikasi dan dapahami dengan jelas. Andaikata peraturan dialanggar, maka disiplin yang diterapkan harus bersifat konsisten dan masuk akal.

5. Kembangkan moril kelompok, sebagaiman supervisor dapat mempertahankan moril kelompok tinggi, hanya apabila kelompok terebut memahami tujuannya dan apabila terdapat adanya alat pengukur jelas untuk mengetahui performa.

Setiap anggota kelompok harus benar-benar paham bahwa mereka harus mengerti tujuan-tujuan yang digariskan dan bahwasanya tujuan-tujuan hanya dapat dicapai dengan cara bekerja secara tim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar